Pengertian Thermistor (NTC dan PTC)

Pengertian Thermistor – Thermistor merupakan komponen elektronik yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh suhu.

Thermistor biasa dipakai pada rangkaian elektronik yang digunakan untuk mendeteksi suhu. Contohnya seperti AC (Air Conditioner).

Thermistor sendiri bukan komponen dasar yang harus ada dalam setiap rangkaian elektronik. Alasannya, karena tidak semua fungsi rangkaian elektronik memerlukan nilai hambatan yang didasarkan oleh suhu.

Apa itu thermistor? Bagaimana cara kerjanya? Ingin dapat penjelasan soal ini, lanjut baca..

Pengertian Thermistor

Pengertian Thermistor
pixabay.com

Thermistor atau bisa disebut juga Thermal Resistor. Thermistor juga merupakan salah satu jenis dari variable resistor yang bisa merubah nilai hambatan menjadi tidak tetap.

Komponen ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuan bernama Michael Faraday yang berasal dari inggris pada tahun 1833. Akan tetapi thermistor baru secara komersil diperkenalkan oleh ilmuan asal Amerika Serikat yang bernama Samuel Ruben pada tahun 1930.

Beberapa waktu setelah itu, thermistor mulai diproduksi secara massal. Hingga akhirnya banyak digunakan di barang-barang elektronik seperti sekarang.

Thermistor terdiri dari dua jenis, yaitu:

  • Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient)
  • PTC (Positive Temperature Coefficient).

Kedua jenis thermistor tersebut mempunyai fungi sama yang dapat mengubah nilai suhu, namun mempunyai cara kerja yang berlawanan.

Sudah Tahu Pengertian Thermostat?

Simbol Thermistor PTC dan NTC

Setiap komponen elektronika biasanya terdapat simbol PTC dan NTC. Nah, simbol tersebut dipakai untuk berbagai macam keperluan, jadi cukup penting untuk diketahui.

Berikut ini adalah gambar dari perbedaan serta simbol thermistor PTC dan NTC:

Thermistor NTC dan PTC
www.teknik-otomotif.com

Pada gambar diatas menjelaskan bahwa perbedaan PTC dan NTC cukup terlihat pada grafik yang digambarkan.

Selain itu, simbol dari kedua jenis thermistor ini memiliki kesamaan hanya saja PTC dilambangkan dengan (+) sedangkan NTC (-).

Simbol tersebut menggambarkan sebuah komponen yang nilai resistansinya dapat dirubah dengan adanya temperature atau suhu.

Kedua jenis thermistor tersebut mempunyai fungsi sama, namun memiliki perbedaan pada nilai koefisiennya.

Untuk bentuknya, thermistor PTC dan NTC ini memiliki fisik bulat serta memiliki dua kawat disisi kanan dan kirinya. Biasanya thermistor PTC memiliki warna biru, sedangkan untuk yang NTC berwarna hitam.

Baca Juga: Rumah Hemat Energi itu Ada Lho!

Karakteristik Thermistor PTC dan NTC

Karakteristik Thermistor PTC dan NTC
pixabay.com

Thermistor PTC mempunyai grafik lurus, yang menandakan jika temperaturenya naik maka nilai resistansinya juga naik.

Begitupun sebaliknya, jika temperaturnya turun maka nilai resistansinya akan turun.

Hal ini menandakan PTC memiliki nilai koefisien positif.

Sedangkan pada Thermistor NTC mempunyai grafik berlawanan, yang menandakan jika temperaturenya naik maka nilai resistansinya turun.

Lalu saat temperaturenya turun, maka nilai resistansinya akan naik. Hal ini menandakan nilai pada NTC berbanding terbalik.

Jadi, kedua thermistor ini sebenarnya memiliki fungsi yang sama namun berbeda dalam menentukan nilai resistansinya.

Biasanya thermistor dapat digunakan pada rangkaian elektronik seperti televisi dan monitor komputer tabung.

Cara Kerja Thermistor

Cara kerja Thermistor menyesuaikan perubahan nilai resistansinya berdasarkan besar kecilnya suhu. Suhu tersebut akan mengenai bagian dari thermistor, sehingga terjadi perubahan nilai resistansi didalamnya.

Seperti yang sudah kita ketahui, pada thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient) akan merubah nilai resistansinya menjadi grafik yang lurus.

Ringkasnya, jika bagian dari thermistor PTC ini mendapatkan suhu panas maka nilai resistansinya pun akan meningkat.

Sedangkan thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) akan merubah nilai resistansinya menjadi grafik yang berlawanan atau berbanding terbalik.

Ringkasnya, jika badan dari thermistor NTC ini mendapatkan suhu panas maka nilai resistansinya akan berkurang.

Pendeteksi suhu pada thermistor ini terletak pada bagian komponennya sendiri.

Pada dasarnya ada dua sistem aplikasi kerja yang dapat diterapkan pada thermistor, yaitu pemanasan internal dan eksternal. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah perbedaan dari kedua sistem tersebut:

1. Sistem Pemanasan Internal

Sistem pemasan internal memungkinkan thermistor bisa panas dengan sendirinya saat dialiri arus listrik. Sistem ini biasanya dipakai pada rangkaian input power supply, salah satunya yang menggunakan komponen thermistor NTC.

Seiring besarnya arus yang mengalir dan lamanya waktu pemakaian maka nilai resistansi dari NTC akan menyesuaikannya.

Dengan demikian thermistor ini akan memperoleh fitur slow start saat pertama kali masuk pada tegangan listrik 220 VAC.

2. Sistem Pemanasan Eksternal

Sistem pemanasan eksternal memungkinkan thermistor bisa mendeteksi panas dari luar. Biasanya, sistem ini memiliki prinsip kerja sebagai sensor suhu.

Pada thermistor ini akan bisa secara otomatis mendeteksi perubahan suhu menjadi nilai hambatanya.

Pengaplikasian dengan sistem pemanasan eksternal biasanya ada pada lempengan pendingin (heatsink) atau dari bodi komponen lain seperti IC dan transistor.

Sistem ini biasa dipakai pada rangkaian proteksi, misalnya seperti power amplifier dan sebagainya.

Fungsi Thermistor

unsplash.com

Seperti yang telah diketahui, thermistor menjadi alat yang penting untuk dapat mengetahui nilai resistansi yang dipengaruhi oleh suhu.

Dengan demikian, kita menjadi mudah dalam mendeteksi perubahan suhu yang terjadi.

Namun, apakah anda tahu kalau thermistor mempunyai fungsi lainnya? berikut adalah pembahasannya:

1. Sensor suhu

Merupakan fungsi utama dari thermistor. Biasanya sensor suhu sering digunakan pada rangkaian elektronik seperti AC .

Saat ini banyak AC yang dapat dengan otomatis mengatur suhu dinginnya sendiri tergantung dengan suhu yang dideteksinya.

Adanya thermistor ini maka akan mendeteksi suhu disekitar ruangan dan melanjutkan sistem kerja pada rangkaian tersebut. Jadi hal inilah yang menyebabkan AC dapat mengatur secara otomatis suhu yang diciptakannya.

Coba cek Pengertian Sensor

2. Untuk Membatasi Lonjakan Arus

Thermistor juga biasanya digunakan untuk membatasi lonjakan arus disuatu rangkaian elektronik. Dengan demikian thermistor dapat mencegah kerusakan bertahap pada komponen seperti sekring atau circuit breakernya terputus.

Biasanya thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) yang bisa menjalani fungsi ini.

Jadi pada awalnya saat adanya arus listrik yang besar, maka thermistor NTC ini akan menurun nilai resistansinya. Sehingga lonjakan arus tersebut berhasil diredam olehnya.

3. Melindungi Komponen

Thermistor juga dapat digunakan untuk melindungi komponen lainnya dengan cara memutus aliran listrik. Thermistor yang dapat memutus aliran listrik biasanya jenis PTC (Positive Temperature Coefficient).

Jadi pada awalnya saat adanya arus listrik yang besar, maka thermistor PTC ini akan meningkat nilai resistansinya. Sehingga akan terjadi pemanasan pada thermistor tersebut dan aliran listriknya akan terputus secara otomatis.

Penutup

Kesimpulannya, thermistor ini memiliki peran yang penting untuk dapat mengatur atau menyesuaikan besaran nilai resistansi berdasarkan suhu.

Ringkasnya, adanya thermistor ini maka kita dapat memanfaatkan perubahan suhunya menjadikan fungsi lainnya.

Thermistor tidak hanya dapat mendeteksi suhu saja, namun bisa sebagai pelindung komponen dan pembatas lonjakan arus listrik di suatu rangkaian. Melalui kedua jenis thermistor tersebut, maka fungsi itu dapat dijalankan dengan baik.

Demikianlah pembahasan tentang pengertian thermistor. Selain itu, pada pembahasan ini kita juga membahas karakterisik dan fungsi-fungsi pada thermistor. Semoga informasi ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *